Kecakapan digital harus ditingkatkan dalam masyarakat agar mampu menampilkan konten kreatif mendidik yang menyejukkan dan menyerukan perdamaian. Sebab, tantangan di ruang digital semakin besar seperti konten-konten negatif, kejahatan penipuan daring, perjudian, eksploitasi seksual pada anak, hoaks, ujaran kebencian, radikalisme berbasis digital.
Hal itu diungkapkan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo saat memberikan kata sambutan saat membuka program Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Senin (21/6/2021).
Pentingnya literasi digital dari aspek jejak digital ini diungkapkan, Fikri Mohammad Hakim, Senior Manager Safety Garuda Indonesia. Jejak digital atau digital footprint, adalah data yang tertinggal setelah beraktivitas di internet. Kegiatan seperti mengirim email, mengunjungi website, hingga posting sesuatu di media sosial sudah cukup untuk meninggalkan digital footprint.
“Jejak digital tak bisa hilang layaknya tapak kaki di pasir. Ia akan tetap ada meskipun sudah ditinggal untuk waktu yang lama serta merupakan informasi yang dapat menggambarkan kepribadian,” paparnya.
Fikri menjelaskan, jejak digital ini memiliki karateristik, seperti jejak digital aktif yang detail dan masih dimanfaatkan setiap hari. Jejak digital pasif yaitu detail yang ditinggalkan dengan tidak disengaja melalui layanan online dan akses, tidak dapat dihapus atau dapat di akses kembali serta dapat diubah menjadi format lain.
Lanjut Fikri, untuk itu, jejak digital harus perhatikan karena penipuan online bisa mengintai kapan saja. Karena penipuan digital didefinisikan sebagai aksi kegiatan yang menggunakan teknologi komputer sebagai komponen utama atau kejahatan dimana tindakan kriminal hanya bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi dan terjadi di dunia digital.
“Beberapa jenis penipuan online yang bisa terjadi kalau kita tidak memperhatikan jejak digital adalah phising, dan malware,” paparnya.
Valentina Melati, yang merupakan Digital Content Creator dan Key Opinian Leader dalam webinar ini, menjelaskan pemanfaatan media sosial untuk yang positif adalah media sosial juga bisa mendatangkan uang. Bisa digunakan untuk mempromosikan barang jualan kita ataupun orang lain.
“Karena rekam jejak kita menjadi aset kita untuk bisa mulai dipandang, didengar dan dipercaya. Cara terus meninggalkan rekam jejak digital positif, seperti konsisten berkarya yang positif & terpercaya, menjadi pengaruh, bukan terpengaruh, dan berikan apresiasi positif, bukan komentar-komentar yang negatif. Karena apa yang kita lakukan hari ini, akan menjadi cerminan masa depan,” paparnya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Siberkreasi di wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Senin (21/6/2021) ini juga menghadirkan pembicara Dr. Ni Made Ras Amanda yang membahas menjembatani lintas generasi dengan kolaborasi dan netiket, A.A. Ngr Bagus Aristayudha (Relawan TIK Provinsi Bali) yang mempresentasikan nabung atau belanja online, Puspo Galih Wichaksana (Relawan TIK Kalimantan Barat) membahas mengenal berbagai macam aplikasi percakapan dan fiturnya.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.