Menjelang liburan akhir tahun 2018, apakah kalian sudah memiliki agenda? Nah, pada kesempatan kali ini tim KabarJendela berbagi informasi ketempat tujuan wisata yang bisa menjadi pilihan. Kali ini kami berkesempatan untuk menikmati air terjun tertinggi di pulau Jawa yaitu Air Terjun Madakaripura dengan ketinggian 200 meter. Air terjun ini terletak di Desa Branggah, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo yang merupakan kecamatan terakhir sebelum kecamatan Sukapura atau kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Dengan kata lain air terjun ini searah dengan kawasan Gunung Bromo karena air terjun ini terletak di lereng kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Perjalanan Kami dimulai dari Kota Probolinggo pukul 08.00 WIB menggunakan kendaraan pribadi. Sampai di kecamatan Lumbang sekitar pukul 09.30 WIB. Air terjun Madakaripura berjarak 5 Km dari kecamatan Lumbang.
Pukul 10.00 WIB, kami tiba di kawasan air terjun Madakaripura. Setelah tiba disana kami memarkirkan kendaraan setelah melewati perjalanan yang cukup membuat hati berdebar meski tak seberdebar rasanya jatuh cinta hehe.
Setelah memarkirkan kendaraan, kami menuju loket pembayaran tiket. Tiket masuk air terjun madakaripura relatif murah, pengunjung dikenakan tarif sebesar Rp 11.000,- per orang. Kemudian Tim melanjutkan perjalanan menuju air terjun dengan berjalan kaki sejauh 1 km. Dan jangan lupa bagi yang ingin kesini untuk membawa air minum supaya tidak kehausan dalam perjalanan.
Beberapa meter dari loket wisatawan akan disambut patung Patih Gajah Mada. Patih Gajah Mada adalah Patih kerajaan Majapahit yang menyatukan Nusantara pada zaman kerajaan dengan sumpahnya yang dikenal sebagai Sumpah Palapa.
Berdasarkan informasi dari warga setempat, Madakaripura merupakan tempat pertapaan Patih Gajah Mada dalam menempa ilmu kanuragannya yang membuat dia menjadi patih kerajaan Majapahit yang sakti mandra guna. Dari pertapaan itulah Patih Gajah Mada mampu menyatukan Nusantara dengan Sumpah Palapa. Selain itu diyakini bahwa tempat ini merupakaan pertapaan terakhir Patih Gajah Mada hingga tutup usia.
Karena itulah alasan yang harus Anda ketahui kenapa disini ada patung Patih Gajah Mada. Makanya ikuti terus perjalan Tim Kabarjendela sampai di tempat pertapaan terakhir Patih Gajah Mada.
Kami melanjutkan perjalanan menelusuri jalan setapak menuju air terjun madakaripura dengan suguhan keindahan tebing dan sungai di sepanjang jalan. Jalan setapak yang terkadang cukup sempit dan hanya pas untuk orang jalan berpapasan. Selain itu terdapat jembatan merah yang menempel di tebing.
Sampai di air terjun Madakaripura setelah menempuh perjalanan selama satu jam. Maklum tim tidak mau melewatkan perjalanan dengan berjalan begitu saja. Kami benar-benar menikmati langkah demi langkah yang dilalui. Tak sejengkal langkahpun yang dibiarkan hilang hanya meninggalkan jejak langkah, karena jejak langkah yang akan hilang terlalu indah untuk dilupakan.
Air terjun Madakaripura tidak hanya terdiri dari satu air terjun saja, namun bagaikan gugusan air terjun yang terbentang. Sebelum sampai di air terjun yang dijadikan tempat pertapaan Patih Gajah Mada, sahabat Kabarjendela akan disuguhkan deretan air terjun dengan tebing yang menghijau nan subur.
Air seolah keluar dari hamparan rerumputan di sepanjang tebing. Karena sumber air terjun itu berada di tengah rerumputan yang membentang sepanjang tebing. Tanpa ada aliran air, tanpa ada sungai, Entah darimana air itu berasal? Air seolah menegaskan keagungan Tuhan dengan menjatuhkan diri dari tengah tebing yang terbungkus hijaunya rerumputan. Sungguh Agung karya Tuhan.
Perjalanan menuju air terjun utama harus dilalui dengan berjalanan di bawah runtuhan air terjun tersebut. Bagi kalian yang tidak mau kebasahan bisa membeli jas hujan yang dijual oleh warga sekitar di area ini. Namun bagi Tim Kabarjendela yang ingin menikmati setiap momen di sini tidak memerlukan jas hujan.
Berada tepat di bawah kucuran air ini, kami merasakan keindahan kecil yang diberikan Tuhan yang mungkin tidak akan Sahabat Kabarjendela rasakan di tempat lain. Kucuran air yang tidak deras seperti hujan gerimis menambah nilai eksotis. Keindahan air terjun ini memang memanjakan mata, tetapi kucuran air terjun ini bisa dijadikan media untuk menyegarkan hati dan fikiran. Tetes air membasahi raga seolah menyerap ke dalam jiwa.
Perjalanan terakhir menuju air terjun yang indah nan bersejarah ini harus dilewati dengan usaha yang lebih ekstra karena air terjun ini seperti terbungkus tebing yang melingkar. Jalan yang harus dilalui licin dan curam karena harus melewati tebing bebatuan. Di bawah tebing ini adalah aliran air cukup dalam yang merupakan aliran air terjun.
Dan akhirnya waktu yang dinanti dari perjalanan inipun tiba. Tim Kabarjendela sampai di air terjun utama yang digunakan sebagai tempat pertapaan Patih Gajah Mada. Air terjun ini seperti berada di tengah lingkaran lembah yang dalam dan curam.
Ketika Tim Kabarjendela berada disini, kami merasakan keindahan yang dirasakan oleh panca indra. Mata melihat indahnya panorama yang indah, telinga mendengar gemuruhnya debit air berjatuhan yang menggema dan kulit merasakan hembusan angin akibat hempasan air. Semua itu bersinergi menjadi harmoni yang menenangkan hati.
Pertapaan Patih Gajah Mada berada di tengah tebing yang tertutup air terjun. Tempat ini seperti gua di tebing dengan ketinggian lebih dari 50 m. Di tempat itu lah Patih Gajah Mada dipercaya menempa ilmunya hingga dapat menyatukan Nusantara pada masa Kerajaan Majapahit.
Setelah menikmati keindahan Mahakarya Tuhan di air terjun Madakaripura yang menyimpan cerita penuh sejarah ini, akhirnya Tim Kabarjendela kembali pulang meninggalkan tempat ini pada pukul 15.00 WIB.
Bagaimana perjalanan kali ini menurut kalian ? Jika kalian sedang mencari destinasi wisata alam, Air Terjun Madakaripura bolehlah masuk ke dalam bucket list sebagai salah satu destinasi pilihan kalian.Nantikan perjalanan Tim Kabarjendela selanjutnya.
Oleh Kontributor Kabarjendela, Jawa Timur : Yanto