Para Calon Guru Penggerak (CGP) angkatan 9 Jakarta Selatan, menggelar aksi nyata lewat Lokakarya 7 bertema ‘Panen Belajar’ di SMP Pangudi Luhur, jl. H. Nawi Raya, Jakarta Selatan, Sabtu (26/4) pagi. Acara tersebut digelar guna melanjutkan pelaksanaan Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 9 yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Provinsi D.I. Yogyakarta (DIY).
Tidak hanya di Jakarta, Pendidikan Guru Penggerak angkatan 9 juga dilakukan BBGP DIY di 10 Kabupaten/Kota yang berada di provinsi DIY dengan total sasaran 1549 orang, ada 719 orang di DIY dan 830 di Jakarta. Untuk Jakarta Selatan diketahui berjumlah 178 orang. Lokakarya 7 menjadi lokakarya yang paling besar dari sisi jumlah SDM yang terlibat. Ada 35 Pengajar Praktik (PP) yang dilibatkan, serta jumlah serupa untuk booth di acara lokakarya tersebut yang menampilkan beragam karya dari CGP di sekolahnya masing-masing.
“Semoga ketika C nya hilang dari CGP jumlahnya tetap 178 orang dan terus meningkatkan keterampilan serta memperluas jaringan. Ini lokakarya paling besar dari SDM yang terlibat, setelah lokakarya 7 akan ada penutupan Guru Penggerak pada akhir Mei 2024. Harapan kami dengan bertambahnya guru penggerak, mutu pendidikan di Jakarta Selatan semakin meningkat,” ucap Victor Deddy Kurniawan, selaku penanggung jawab PGP Angkatan-9 BBGP DIY.
Dari 178 CGP, empat guru dipilih untuk mempresentasikan program mereka di sesi kelas berbagi. Mereka adalah Astri Pebrianti, dari SLB Negeri 02 Jakarta dengan progam Kreasi Digital Anak Disabilitas (Kreditas), Umroha Almaal, dari SDS Bakti Mulya 400 Pondok Indah, yang mencetus One Book One Week, Bulan Tambunan, dari SMPN 33 Jakarta, menciptakan Berani Tampil Setiap Hari (Berita Sehari), dan Adi Putra, Kepala Sekolah dari SMKS Musik Perguruan Cikini, yang membuat The Picker, untuk mengembangkan kualitas siswa terhadap musik.
Aderiswanto, Plt Kepala Suku Dinas Jakarta Selatan wilayah 2, memberikan pujian terhadap empat perwakilan CGP yang tampil di sesi kelas berbagi. Menurut Ade, guru milenial mampu mengikuti perkembangan teknologi dan sejalan dengan keseharian para murid. “Jadilah individu-individu yang mewarnai jangan diwarnai, belajar rawat tempat rejeki kita, ingat ciri guru penggerak yaitu bergerak, tergerak dan menggerakkan. Setelah dari sini mau jadi apa? Jadilah agen perubahan, pemimpin pembelajaran, Kepala Sekolah dan pengawas. Jumlah CGP semakin meningkat, angkatan 10 bahkan sampai 200an,” ujar Ade.
Banyaknya guru milenial di CGP angkatan 9 ternyata berpengaruh dengan konsep acara Lokakarya 7. Jika pagelaran sebelumnya para peserta mengenakan busana tradisional dan resmi, kali ini terlihat lebih santai serta casual. “Kita coba kemas berbeda biar lebih fresh aja, kita pilih lokasi SMP Pangudi Luhur juga karena pesertanya lebih banyak dan tempat yang biasa kita gunakan yaitu di sekolah kawasan Pejaten, dirasa kurang mampu untuk menampungnya,” pungkas Marjuki, selaku Ketua Panitia acara Lokakarya 7.
Kegiatan PGP diketahui dilaksanakan selama enam bulan dengan menggunakan metode pelatihan dalam jaringan (daring), lokakarya, dan pendampingan individu. Proporsi kegiatan terdiri atas 70% belajar di tempat bekerja (on-the-job training), 20% belajar bersama rekan sejawat, dan 10% dengan narasumber, fasilitator, serta PP.
Setelah selesai dalam mengikuti PGP, sehingga CGP yang kemudian telah menjadi Guru Penggerak, diharapkan akan terus tumbuh dan berkembang untuk menjadi ujung tombak tranformasi Pendidikan di Indonesia.